ACARA III (BTHSD)

 

  ACARA III (BTHSD)

Latar Belakang

            Hutan normal merupakan hutan yang telah mencapai (dan dapat dipertahankan) keadaan yang hampir sempurna sesuai tujuan pengelolaan. Hutan normal sebagai suatu standar yang dapat digunakan untuk membandingkan keadaan hutan aktual untuk mengetahui kekurangannya menuju pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Keadaan hutan normal ideal untuk hutan tanaman dicirikan dengan distribusi umur normal, riap normal, dan sediaan  tegakan normal.

            Metode pengaturan hasil yang mempertimbangkan faktor resiko kehilangan tegakan sebelum masak tebang adalah metode Brandis. Syarat penerapan metode Brandis adalah adanya pengetahuan tentang casualty per cent tiap kelas diameter yang menunjukkan persentase jumlah pohon tiap kelas diameter yang mati, dicuri, atau ditebang dalam rangka penjarangan. Metode Brandis diterapkan untuk hutan alam tidak seumur yang mempunyai komposisi diameter sangat beragam, mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar yang masak tebang.

            Sistem pengaturan kelestarian tegakan hutan yang belum mempertimbangkan faktor resiko kerusakan hutan akibat perubahan sosial tersebut merupakan pengaturan pemanenan selama daur. Rencana pengaturan pemanenan yang termuat dalam Bagan Tebang Habis Selama Daur (BTHSD) smencerminkan bagaimana struktur luas hutan akan dibentuk pada akhir daur (jangka panjang). Luas tebangan tiap jangka umumnya dibuat hampir sama dengan harapan luas tegakan untuk berbagai umur juga akan relatif sama.Kegiatan ini dilaksanakan agar dapat memahami kepentingan pembuatan bagan tebang habis dan menyajikan bagan tebang habisnya.

 

Tinjauan Pustaka

            Hutan normal dapat didefinisikan sebagai hutan yang dapat mencapai dan menjaga ” derajat kesempurnaan” hutan untuk memenuhi ketentuan sesuai dengan tujuan pengelolaan . Secara ideal hutan normal merupakan tebangan dengan persebaran kelas umur yang merata dan riap yang maksimal. Tebangan tahunan atau periodik pada hakekatnya harus sama dengan riap untuk jangka waktu yang bersangkutan. Dengan demikian hasil kayu yang maksimal dapat diperoleh sepanjang waktu tanpa membahayakan hasil di masa yang akan datang, dan oleh karena itu kelestarian hasil hutan dapat dipertahankan(Setiahadi,2012).

            Daur merupakan jangka waktu antara saat penanaman hutan sampai dengan saat pemungutan hasil akhir atau tebangan habis.Daur atau rotasi merupakan suatu periode dalam tahun yang diperlukan untuk menanam dan memelihara suatu jenis pohon sampai mencapai umur yang dianggap masak untuk keperluan tertentu. Istilah daur sebenarnya hanya dipakai untuk pengelolaan hutan tanaman sama umur(Widiaryanto,2015).

            Prinsip penerapan casualty per cent dalam metode Brandis  adanya keyakinan bahwa tidak semua pohon yang berdiameter kecil yang tumbuh di hutan alam akan selamat mencapai ukuran diameter masak tebang. Hal tersebut juga terjadi untuk tanaman jati di Perum Perhutani dimana tidak semua tegakan yang ditanam akan selamat sampai umur siap tebang. Metode Brandis diterapkan untuk hutan alam tidak seumur yang mempunyai komposisi diameter sangat beragam, mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar yang masak tebang(Rohman,2013).

           

 

DAFTAR PUSTAKA

Rohman. 2013. Kajian casualty per cent dalam perhitungan etat hutan tanaman jati Perum Perhutani. Jurnal Manajemen Hutan Tropika ;14(1), 54-62.

Setiahadi.2012. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat: Teori dan Aplikasi pada Hutan Jati di Jawa. Bigraf Publising. Yogyakarta

Widiaryanto. 2015. Pengaturan hasil hutan jati : Salah kaprah metode umur tebang rata-rata dan alternatif penyempurnaannya. Jurnal Manajemen Hutan 1(3), 127-142.

 

           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR : PENJARANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR : PENGUJIAN MUTU BENIH

ACARA I : PENAKSIRAN POTENSI PRODUKSI DAN PERKIRAAN BESARNYA ETAT